Pabelan, 1 Juli 2018
Saat ini siapa sih yang tak kenal Lagu Bojo Galak?. Lagu yang dipopulerkan oleh penyanyi Via Vallen dan Nella Kharisma yang saat ini sedang booming dan banyak dinyanyikan oleh masyarakat itu cukup menarik banyak perhatian, bahkan lagu tersebut juga populer sampai ke luar negeri. Saking populernya, ketiga mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tertarik untuk meneliti lagu tersebut dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Alhamdulillah dalam penelitian tersebut lolos dan mendapatkan pendanaan penelitian PKM dari Kemenristekdikti.
Putri Haryanti, salah satu anggota dalam tim peneliti mengungkapkan bahwa dengan adanya PKM dapat mewadahi dan memfasilitasi potensi yang dimiliki mahasiswa untuk mengkaji, mengembangkan, dan menerapkan ilmu yang telah didapatkan dibangku perkuliahan untuk diterapkan kepada masyarakat luas.
Ketiga mahasiswa peneliti tersebut mengungkapkan bahwa lagu Bojo Galak mempunyai daya tarik tersendiri sehingga mereka tertarik untuk meneliti lagu tersebut. “Lagu Bojo Galak merupakan lagu yang diciptakan oleh Pendhoza, salah satu grub band yang berasal dari Imogiri, Yogyakarta. Lagu ini menjadi populer karena dinyanyikan oleh penyanyi dangdut Via Vallen dan Nella Kharisma. Oleh karena itu masyarakat pun menjadi sangat tertarik untuk menyanyikan lagu ini, mulai dari kalangan anak-anak sampai dengan orang dewasa. Salah satu lirik yang sering dinyayikan adalah yo wes ben nduwe bojo sing galak, yo wes ben sing omongane sengak, seneng nggawe aku susah, nanging aku wegah pisah. Padahal untuk masyarakat yang notabene bukan suku Jawa, mereka jika ditanya tidak paham akan makna yang ada dalam lirik tersebut”, ungkap Putri.
Selain itu, Putri menuturkan bahwa salah satu dampak dari adanya lagu tersebut, anak-anak mulai mengenal istilah dalam liriknya yaitu “bojo”. Makna “bojo” tersebut yang seharusnya dibicarakan oleh kalangan orang dewasa saja, tetapi anak-anak sudah mulai terbiasa dengan istilah dalam lirik tersebut. Jika hal itu tetap dibiarkan, anak-anak dikhawatirkan akan terjerumus pada makna yang mereka simpulkan sembarangan. Banyak anak-anak yang saat ini sering menyanyikan lagu tersebut yang sebenarnya mereka tidak mengetahui makna yang sebenarnya. Untuk itu lah yang melatarbelakangi kami dalam meneliti lagu tersebut.
Lalu Putri menambahkan, temuan dari penelitian ini antara lain adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan di dalam lirik lagu Bojo Galak. Salah satu contohnya terdapat dalam lirik “yo wes ben nduwe bojo sing galak, yo wes ben sing omongane sengak, seneng nggawe aku susah, nanging aku wegah pisah.”
Dalam lirik lagu tersebut menceritakan seorang istri yang galak dan merasa selalu benar, sedangkan apapun yang dilakukan suami selalu salah. Namun, sang suami tetap menerima bagaimanapun kondisi istrinya.
“Tentu hal ini, sangat jarang ditemui di dunia nyata. Sepanjang yang kami ketahui sebuah hubungan rumah tangga akan berjalan harmonis apabila suami dan istri saling memberi perhatian satu sama lain,” tambahnya.
Dosen pembimbing tim PKM, Laili Etika Rahmawati sangat mendukung penuh apa yang sedang di lakukan oleh Putri dan kawan-kawan. “Untuk saat ini saya hanya ingin tim PKM ini berfokus memperbanyak data untuk dapat dijadikan bahan pembuatan artikel sehingga dapat di submite pada jurnal-jurnal nasional maupun internasional. Dengan demikian dapat menaikkan nilai pada saat monev eksternal mendatang,” katanya.
Target untuk saat ini adalah menyelesaikan laporan akhir dan pembuatan komik sebagai salah satu luaran PKM. Komik tersebut menceritakan fenomena anak yang menyanyikan lagu-lagu dangdut, khususnya dangdut koplo namun mereka tidak memahami makna yang terselip di dalamnya. Selain itu, pada akhir komik ini juga disajikan cuplikan lirik lagu dangdut ramah anak.
Menurut Hari dan Tety, anggota dari tim PKM lainnya, pembuatan komik ini sebagai sarana sosialisasi kepada anak-anak mengenai gerakan cipta lagu dangdut ramah anak. “Kami berharap dengan hadirnya komik ini semoga dapat menjadi bacaan yang ramah untuk dibaca segala usia terutama anak-anak,” ujar Hari. (Tim Akademia UMS – Editor: Andi)
Salam @FKIP CAKAP.