Mataram, 11 Agustus 2018.
Bencana gempa bumi yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) memberikan keresahan yang cukup besar terhadap masyarakat. Terlebih pada saat bencana tersebut terjadi, bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan KKN-DIK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (FKIP UMS) di lokasi tersebut.
Meski ada 22 mahasiswa yang melakukan kegiatan di lokasi yang terkena bencana tersebut, UMS memiliki inisiatif untuk tidak menarik mahasiswanya kembali ke Surakarta hingga masa KKN-DIK selesai pada Senin (27/8/2018) nanti. Hal ini tentu sangatlah berbeda dengan universitas-universitas lain non-Muhammadiyah yang menarik mahasiswanya untuk kembali ke kampus.
Dijelaskan oleh Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si bahwa inisiatif ini diambil dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Salah satunya dengan melihat struktur organisasi Muhammadiyah sendiri yang tersebar diberbagai pelosok wilayah, salah satunya yang bergerak dalam penanggulangan bencana alam.
“Dalam struktur organisasi Muhammadiyah, mulai dari pusat sampai dengan pimpinan daerah itu di dalamnya ada lembaga penanggulangan bencana. Kemudian punya HW (Hizbul Wathan), yang memang HW itu berdirinya untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Bahkan punya Lazismu yang sekarang ini mengkoordinir semua bantuan warga Muhammadiyah dan amal usaha Muhammadiyah. Itu ada surat edaran dari Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah agar semua diarahkan menyalurkan ke Lazismu di PWM NTB dan PDM Lombok,” jelasnya.
Hal tersebut tentu sangatlah berbeda dengan perguruan tinggi yang lain, dimana Muhammadiyah memiliki mitra yang cukup banyak dan tangguh di berbagi daerah, sehingga Rektor UMS merasa justru lebih penting dipertahankan daripada ditarik, sebab dengan begitu maka keberadaan mereka disana dapat lebih bermanfaat bagi semua umat.
Disamping itu, dia juga melihat dari segi filosofi KKN-DIK sendiri. Menurutnya KKN-DIK itu ditujukan untuk membangun karakter dan softskill bagi mahasiswa, sehingga permasalahan yang ada di Lombok, khususnya di Kota Mataram sekarang merupakan waktu yang tepat bagi mereka untuk membentuk karakter dan softskill di masyarakat.
“Apalagi jika kita melihat filosofi KKN itu sebetulnya membangun karakter, softskill para mahasiswa tidak hanya mereka tahu tentang ilmu pengetahuan yang dipelajari, tetapi lebih daripada itu, sofkskillnya itu dibentuk supaya mereka punya kemahiran dalam berkomunikasi dengan masyarakat, kemudian interaksi dengan masyarakat, bahkan bisa membuat solusi permasalahan-permasalahan masyarakat,” ungkapnya.
Dia menambahkan bahwa saat ini di Lombok sedang ada problem yang besar, sehingga apabila mahasiswa yang melakukan KKN-DIK disana ditarik kembali maka akan memberikan kesan yang tidak baik. Hal ini karena dapat memunculkan cerminan bahwa universitas tidak memiliki kepekaan terhadap kondisi sosial dan tidak ada kepedulian terhadap korban bencana. Sehingga dalam keadaan tersebut maka mahasiswa yang ada disana diminta untuk terjun bersama-sama dengan komponen Muhammadiyah yang lain untuk menolong korban bencana.
“Dengan adanya persoalan yang muncul sebagai permasalahan sebesar itu, mahasiswa diminta untuk ikut terjun bersama-sama dengan komponen Muhammadiyah yang lain untuk bersama-sama melihat dan sekaligus ikut menolong para korban itu, sehingga mereka akan muncul karakter empati, karakter bertanggung jawab terhadap permalasan-permasalahan masyarakat,” tambahnya.
Meski berani mengambil keputusan untuk tidak menarik kembali mahasiswa yang ada disana, UMS juga memberikan kelonggaran kepada mahasiswa yang ingin dipulangkan. Dari 23 mahasiswa yang ada disana, ada 1 mahasiswa yang dipulangkan. Kepulangan mahasiswa tersebut adalah untuk menindaklanjuti permintaan dari orang tuanya yang menginginkan anaknya untuk dipulangkan dari Lombok.
Rustam Afandi, salah satu mahasiswa dari Prodi pendidikan Geografi FKIP UMS yang masih bertahan untuk melaksanakan KKN-DIK disana turut menjelaskan bahwa kondisi mereka disana baik-baik saja. Dia juga membenarkan bahwa memang ada 1 mahasiswa yang ingin dipulangkan dan diberikan izin oleh fakultas.
“Di Mataram ini Alhamdulillah teman-teman baik-baik saja. Mungkin ada salah satu mahasiswa yang ingin dipulangkan dan diizinkan oleh pihak pimpinan fakultas UMS. Hal tersebut tidak dipermasalahkan dan nanti akan dipindah tugaskan di Solo Raya,” jelasnya.
Dia juga sempat memberikan keterangan bahwa kegiatan magang mereka selama 1 minggu ini di jeda. Kegiatan magang KKN-DIK disekolahan selanjutnya diganti dengan membantu MDMC dalam hal logistik. “Untuk sementara ini selama 1 minggu kegiatan magang itu di jeda. Jadi di seluruh sekolah-sekolah diliburkan. Kita di posko itu membantu logistik MDMC, seperti menerima bantuan-bantuan. Kemarin itu kami juga sudah sempat ke sekolah itu kita bersih-bersih sekolahan,” terangnya.
Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram, Dr. Maimunah juga turut menjelaskan bahwa kemitraan di Muhammadiyah sangat berbeda dengan organisasi yang lain, dimana mereka memiliki bapak dan ibu. Secara akademik, secara normatif sama dengan yang lain. Akan tetapi secara sosial kemasyarakatan warga Muhammadiyah menyatu dengan kepribadian Muhammadiyah.
Selanjutnya mengenai kondisi para mahasiswa yang ada di Mataram, dia mengungkapkan bahwa keadaan mereka disana aman. “Ya anak-anak disana baik-baik saja disana. Yang namanya pembentukan karakter seperti yang pak rektor bilang itu, pembentukan karakter sosial kami di Muhammadiyah ya memang seperti itu. Jangankan ada program KKN-DIK, yang tidak ada program saja MDMC-nya Muhammadiyah dimana-mana sekarang itu ngumpul,” ungkapnya.
Berkenaan dengan penyaluran bantuan UMS selain mengirim SAR dan HW, sekarang juga masih dalam penggalangan dana yang ditujukan kepada seluruh dosen, karyawan, termasuk mahasiswa. Mereka semua dimintai sebagai donator yang pada Sabtu (11/8/2018) besok akan dikirim ke lokasi bencana. Bahkan mahasiswa disana justru menjadi tangan panjang UMS untuk bisa memberikan kontribusi dan ikut membantu sebagai rasa kepedulian sosial.
Selain itu, dalam rangka menyambut hari raya Idul Adha nanti, Dr. Sofyan Anif, M.Si dan Prof. Dr. Harun Joko Prayitno selaku Dekan FKIP UMS yang telah melakukan survey di Mataram guna memastikan keadaan mereka juga sempat berdiskusi dengan anak-anak. Rencananya UMS nanti akan mengirimkan sapi untuk berkurban di daerah gempa. Hal ini sekaligus menjadi cara UMS untuk menggairahkan dan membangun karakter empati lagi agar ada rasa kepedulian sosial terhadap sesama manusia.
Sumber: www.ums.ac.id