Thailand Inventors Day (TID) merupakan salah satu acara besar tahunan yang diselenggarakan oleh National Research and Council of Thailand (NRCT). Acara tersebut juga dikenal sebagai Bangkok International Intellectual Property, Invention, Innovation, and Technology Exposition (IPITEx) yang merupakan pameran penemuan terbesar di Thailand. Pada tahun ini acara Thailand Inventors day dilaksanakan pada 02-06 Februari 2023 yang berlangsung di Bangkok International Trade & Exhibition Centre (BITEC), Bangkok, Thailand.
Perlombaan ini diikuti oleh 24 negara dan lebih dari 500 tim secara keseluruhan. Perlombaan ini dibagi menjadi 8 kategori yaitu:
- Class A: Medicine and Public Health/ Medical Technology/ Pharmacy/ Hygiene
- Class B: Health Products/ Foodstuffs/ Drinks/ Cosmetics/ Personal care product
- Class C: Modern Agriculture/ Horticulture/ Forestry and Gardening
- Class D: Protection of the Environment/ Energy/ Water/ Power and Electricity/ Green Technology
- Class E: Building/ Construction/ Civil Engineering/ Architecture
- Class F: Educational/ Office/ Household items and tools/ Sport
- ClassG: Robotics/ Electronics/ Automation/ IoT and Application/ Information, Communication and Technology (ICT)
- Class H: Mechanics/ Engines/ Machinery/ Manufacturing processes
Dari perlombaan tersebut, tim dari prodi PTI UMS yang beranggotakan Hawangga Dhiyaul Fadly, Aray Adi Kusuma dan Esa Nanda Salsabila berhasil mendapatkan silver medal. Untuk bisa mendapatkan hal tersebut tentunya tidaklah mudah, mulai dari pembuatan produk kisaran 3 bulan dan seleksi nasional dengan 2 tahapan seleksi hingga akhirnya bisa lolos ke tahap internasional.
Adapun produk inovasi yang kami angkat adalah tentang virtual reality dengan judul “VR Batik Museum: Discover Indonesian Culture Through Immersive Virtual Reality”. Salah satu alasan kami mengangkat inovasi tersebut adalah kami ingin mengenalkan budaya asli indonesia khususnya batik di kancah internasional dan mengkolaborasikannya dengan terkonogi masa kini, yaitu virtual reality. Kami berharap dengan adanya kolaborasi antara budaya dengan teknologi khususnya virtual reality semua orang bisa merasakan sensasi immersive dalam mengunjungi sebuah museum secara virtual tanpa harus mengunjunginya secara langsung.