FIKI Naki, YouTuber dengan pengikut lebih dari 3 juta orang ini dikenal karena kemahirannya berbicara bahasa asing. Dia menguasai tidak hanya bahasa Inggris, tetapi juga Rusia, Rumania, dan Spanyol. Lewat kemampuannya tersebut, beberapa video yang diunggah di kanal YouTube-nya mendapat jutaan viewers. Seperti saat dia mengunggah videonya yang berdurasi 14 menit, 16 detik, saat sedang berkomunkasi dengan Dayana. Gadis asal Kazakhstan. Ditonton lebih dari 10 juta kali.
Menarik lagi, dilansir dari berbagai media, Fiki Naki memperoleh kemahiran berbicara bahasa asing dengan belajar secara mandiri alis otodidak. Tanpa kursus bahasa asing di suatu lembaga tertentu. Melihat berbagai video yang diunggah di kanal YouTube-nya, Fiki Naki sangat percaya diri berkomunikasi dengan berbagai orang dari banyak negara di penjuru dunia. Hal ini telah menginspirasi banyak orang yang ingin belajar dan menguasai bahasa asing.
Memiliki kemampuan berbicara bahasa asing dengan penuh rasa percaya diri, menjadi dambaan semua orang. Keterampilan ini menjadi sangat penting untuk dimiliki oleh semua usia di era modern saat ini. Terlebih bagi para lulusan perguruan tinggi.
Manfaat terbesar dari kemampuan ini, akan menjadi jalan yang sangat membantu ketika seseorang mengikuti wawancara mencari kerja di berbagai perusahaan internasional. Atau ketika mengikuti wawancara untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri.
Namun faktanya, masih banyak siswa, bahkan mahasiswa kesulitan dalam berbicara bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Meskipun secara formal, siswa telah belajar bahasa Inggris sejak sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi. Penelitian yang dilakukan Muamaroh (2009), menemukan bahwa, salah satu kendala dalam berbicara bahasa Inggris adalah faktor afektif. Seperti rendahnya rasa percaya diri, kecemasan, dan rasa takut.
Alasan yang lain adalah, posisi bahasa asing seperti bahasa Inggris di Indonesia, bukan sebagai alat komunikasi, baik di instansi resmi maupun di sekolah-sekolah. Itu menyebabkan Indonesia termasuk salah satu negara “expanding circle”. Di mana bahasa Inggris bukan sebagai bahasa ibu dan tidak digunakan sebagai alat komunikasi, baik di instansi pemerintah maupun di masyarakat (Kachru, 1998).
Percaya diri adalah salah satu faktor afektif yang memainkan peran penting dalam penguasaan bahasa asing. “Belief in your own capabilities to successfully perform that activity” (Brown, 2007). Kepercayaan pada diri sendiri merupakan penentu paling penting dalam pembelajaran bahasa asing (Clément et al., 1994).
Hasil studi yang dilakukan oleh Fennema dan Meyer (dalam Stoel et al., 2001), menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa terkait dengan prestasi siswa, dibandingkan dengan variabel afektif lainnya. Menurut Jeffry dan Peterson (dalam Clark, 1989), menyatakan bahwa rasa percaya diri membuat siswa memiliki kemauan untuk berkomunikasi. Rasa percaya diri juga berkaitan dengan rasa cemas (MacIntyre dkk., 2001; 2002).
Pertanyaannya adalah, faktor-faktor apakah yang membuat orang bisa memiliki rasa percaya diri yang kuat saat berkomunikasi menggunakan bahasa asing secara lisan? Muamaroh (2014) menemukan bahwa, teknik mengajar guru atau dosen dengan group work yang terdiri dari tiga atau empat orang, akan menumbuhkan rasa percaya diri bagi pembelajar bahasa asing. Selain itu, rasa percaya diri juga akan naik apabila seseorang menguasai kosakata (vocabulary), menguasai pengucapan kata yang benar (pronounciation), serta struktur tata bahasa dan materi atau topik yang dibiarakan.
Dukungan dari lingkungan seperti teman dan guru atau dosen, dan suasana di dalam atau di luar kelas yang menyenangkan, serta terus konsisten menjalankan praktik berkomuikasi dalam bahasa asing yang sedang dipelajari, juga akan meningkatkan rasa percaya diri pembelajar bahasa asing. (Dra. Muamaroh, M.Hum., Ph.D Dosen Prodi Bahasa Inggris FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, dimuat https://radarsolo.jawapos.com/ edisi 12 Mei 2022).