KEMENDIKBUDRISTEK terus melakukan berbagai program untuk mengakselerasi transformasi pendidikan. Pada 3 Juni lalu, Kemendikbudristek meluncurkan Program Merdeka Belajar Ke-20 yaitu Praktisi Mengajar Program. Hal itu men dorong kolaborasi aktif antara praktisi ahli dan dosen agar lulusan perguruan tinggi lebih siap menghadapi dunia kerja. Tujuan program itu untuk menutup kesenjangan kompetensi lulusan baru dengan kebutuhan dunia kerja, mendorong kolaborasi perguruan tinggi dengan industry, dan mempersiapkan SDM unggul. Tujuan semacam ini bukan sama sekali baru, karena selama ini juga telah banyak program bertujuan serupa. Sasaran yang akan dicapai boleh sama, tetapi cara mencapai tujuan bisa berbeda-beda, sehingga hasilnya juga berbeda.
Program Praktisi Mengajar diyakini dapat mengakselerasi transfor masi perkulihan dengan meningkatkan relevansi apa yang dipelajari mahasiswa dengan dunia kerja. Para praktisi dihadirkan di kelas-kelas untuk berdiskusi, memotivasi dan menginspirasi mahasiswa dengan topik-topik aktual. Dalam program ini, praktisi bisa memilih model kolaborasi.
Ada dua pilihan kolaborasi yaitu kolaborasi pendek dan kolaborasi intensif. Kolaborasi pendek meliputi persiapan, penyampaian perkuliahan dan evaluasi minimal 4 jam per semester. Model itu hanya berlaku bagi praktisi yang belum memiliki NIDK atau NUP: Seorang praktisi maksimal mengajar dua mata kuliah. Adapun kolaborasi intensif meliputi kegiatan perencanaan, perkuliahan, persiapan, penyampaian perkuliahan dan evaluasi pengajaran. Komitmen waktu minimal 15 jam per semester.
Link and Match
Program itu selaras dengan program Link and Match yang merupakan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) pada era Mendikbud Wardiman Djojonegoro. Program itu menekankan pada penggalian potensi dan pembekalan kompetensi lulusan pendidikan. vokasi sesuai kebutuhan pasar kerja.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 29 Tahun 2090 tentang Pendidikan Menengah pada pasal 29 dinyatakan, penyelenggara sekolah menengah dapat bekerja sama dengan masyarakat terutama dunia usaha dan para dermawan untuk memperoleh sumber daya, dalam rangka daya menunjang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan.
Program Link and Match kala itu lebih difokuskan pada penyeleng garaan SMK. Yang sangat populer adalah pemagangan dan sistem ganda. Pada waktu-waktu selanjutnya, Link and Match diwujudkan dalam berbagai program yang bertujuan meningkatkan para lulusan untuk siap berkontribusi dalam dunia kerja.
Program Praktisi Mengajar diharapkan dapat menghilangkan label kampus sebagai menara gadingú. Kampus menciptakan SDM yang unggul, adaptif, inovatif, responsif, kreatif, terampil, kooperatif dan berdaya saing. (15)
(dimuat di Suara Merdeka edisi 20 Juni 2022 oleh Dr. Main Sufanti, M.Hum, dosen PBSI FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Main Sufanti-Dosen PBSI FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta